Tentu tidak menggembirakan melihat wedono abu-abu merangkak di lantai di depan Kandjeng Tuan Aspirant, sepasang celana muda yang hampir tidak meninggalkan bangku sekolah. Dengan cara berpikir, yang biasa dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan satu undang yang setiap pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh pelosok dunia sekarang. Tetapi sekaliannya itu saya terima dengan sabar dan tulus ikhlas. Tetapi Residen akan melihat dan berbicara kepada kami; ZEd. Tetapi perkara pembagian ada lain hal. Sedangkan perkara kecil saja boleh menjadikan sengketa di rumah ini, apalagi kehilangan kalung berlian yang semahal itu harganya." Ketika Midun melihat ibu dan anak itu dalam kecemasan, ia pun berkata sambil mengeluarkan kalung itu dari saku bajunya, katanya, "Janganlah Orang kaya dan Uni cemas, sebab saya ada mendapat kalung itu. Surabaya, jikalau kita mau mendirikan suatu maskapai perkapalan Indonesia, maka kaum imperialisme itu menjadi geger perkara “gerakan elit” itu, geger perkara niat pemerintah mau memberikan hak hubungan kredit pada Bank Nasional itu, geger memaki-maki di dalam pers dan di kalangan pelayaran atas maksud mendirikan maskapai perkapalan itu.
Dan jalan apa kepadamu orang itu? Tentu saja sedapat-dapatnya akan saya tolong pula mengusahakan surat pas itu. Tadi saya ada menerima sepucuk surat. Saya harap Orang kaya jangan gusar, karena saya belum pernah menerima uang hadiah macam ini. Saya harap jangan Uni berkecil hati, karena saya tidak sanggup menerima pembawaan ini. Terima kasih, Uni! Bersusah payah benar rupanya Uni memasak, tidak ubah sebagai makanan engku-engku. Terima kasih banyak, sudilah kiranya Uni membawa nasi ini pulang kembali! Sebagai tanda kami bergirang hati mendapat barang itu kembali dan tanda terima kasih saya, saya harap uang yang sedikit ini orang muda terimalah dengan suka hati." Perempuan itu memberikan uang kepada Midun. Tetapi Midun tidak mau menerimanya, lalu berkata, "Terima kasih banyak! Dia kagum dengan cara kami mengatakan beberapa hal persis seperti yang dia pikirkan. 3. Tes Penunjang: Tes penunjang yang mungkin dilakukan meliputi tes darah, elektrokardiogram (EKG), echocardiogram, tes stres, angiografi koroner, atau tes pencitraan jantung. 1. Sesuai dengan kewajiban Negara-negara Pihak menurut pasal 9 ayat 1, pengajuan permohonan oleh seorang anak atau orang tuanya, untuk memasuki atau meninggalkan suatu Negara Pihak untuk tujuan penyatuan kembali keluarga akan ditangani oleh Negara-negara Pihak dalam suatu cara yang positif, manusiawi dan lancar. Lebih-lebih kalau dibanding dengan negeri sopan.
Oleh karena itu, Tuan-tuan Hakim, negeri Tiongkok itu akan diperebutkan mati-matian oleh belorong-belorong tadi, diperjuangkan mati-matian di peperangan Lautan Teduh! Kami mentjeriterakan bahwa siapa jang bisa berkuasa di Tiongkok, dialah jang akan bisa berkuasa di seluruh daerah Pacific, bahwa siapa jang bisa menggenggam rumah-tangga Tiongkok dialah jang akan bisa menggenggam rumahtangga seluruh dunia Timur, economisch dan militair. 5. Menjaga Kesehatan Mental: Mengelola stres dan menjaga kesehatan mental secara keseluruhan dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Kelemahan dari self diagnose adalah kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Sesuai namanya, produk asuransi HealthPlus Family ini merupakan asuransi kesehatan untuk perlindungan keluarga. Harapannya, kamu bisa memilih sistem klaim yang tepat untuk dirimu, terutama sesuai dengan kemampuan finansial. Dibikin jadi nasionalisme positif, Tuan-tuan Hakim, dibikin nasionalisme positif, sebab dengan nasionalisme yang hanya rasa protes atau rasa dendam saja terhadap imperialisme, kami belumlah tertolong. Bukan sistim feodalisme, bukan sistim mengagungkan raja, bukan sistim constitutioneel monarchie yang walau memakai parlemen tokh masih memakai raja, bukanpun sistim republik yang sebagai di Perancis-sekarang atau di Amerika-sekarang yang sebenarnya suatu sistim-republik daripada "demokrasinya" kapitalisme, - tetapi sistim politiek-economische republiek yang segala-galanya tunduk kepada kecakrawartian Rakyat.
Tidak," ujar perempuan itu dengan cemas, ibu dari gadis itu agaknya. "Ketika kau pulang tadi, tidak memakai kalung saya lihat. Takut saya akan terbiasa, sebab orang hukuman hanya makan nasi dengan garam. Lagi pula orang hukuman mempunyai barang macam ini, tentu mudah orang mempeduli saya mencuri. Di belakang Indonesia Merdeka itu kita kaum Marhaen masih harus mendirikan kita punya Gedung Keselamatan, bebas dari tiap-tiap macam kapitalisme. Bukan saya yang membawa orang itu bercakap, melainkan dia yang datang kepada saya." Mandor Saman undur ke belakang mendengar perkataan Midun yang lunak, tetapi pedas itu. Biasanya bila ia melihat orang hukuman berbuat salah tidak ditanyainya lagi, melainkan pukulan saja yang tiba di punggung. Tetapi kepada Midun, mandor Saman agak gentar, karena sudah dilihatnya ketangkas- an anak muda itu. Maka katanya, "Ya, siapa, ini apa? Perkataan Udo mengenai hati saya. Yang saya lakukan ini adalah menurut agama dan kemauan Tuhan, karena itu saya harap janganlah orang kaya memberi saya hadiah." Biar bagaimana jua mereka itu keduanya menyuruh meng- ambi uang itu, Midun selalu menolak. Setelah itu ia pun kembali ke tempatnya bekerja, lalu menyapu pula. Sedang menyapu jalan, Midun terkenang akan perkataan perempuan itu kepada anaknya. Maka ia berkata dalam hatinya, "Sungguh ajaib dunia ini.
Comments
Post a Comment