Jawaharlal Nehru, itu pemimpin Hindustan yang kenamaan, pernah berkata: "Kebesarannya negeri dan Rakyat kita adalah sudah begitu dalam terbenamnya oleh kabut-kepurbakalaan, dan kebesarannya imperialisme adalah begitu sering kita lihat sehari-hari, sehingga kita lupa bahwa kita bisa besar, dan mengira bahwa hanya kaum imperialisme sahaja yang bisa pandai." Perkataan Jawaharlal Nehru ini, yang menggambarkan kerusakan bathinnya Rakyat Hindustan, satu persatunya bolehlah juga dipakai untuk Rakyat Indonesia sekarang ini. Imperialisme jang kami musuhi itu, adalah suatu faham, suatu begrip, suatu nafsu, suatu streven, suatu stelsel, suatu politiek menaklukkan atau mempengaruhi negeri orang lain atau economie bangsa lain. Tetapi kepada rakjat di luar kalangan P.N.I., rakjat di luar organisasi jang misih kegelapan itu, kepada rakjat jang misih bodoh ini, jang gampang diabui matanja oleh kaum provocateurs, jang gampang ditipu oleh kaum Sarekat-Hedjo atau Pamitran, jang gampang dibodohi oleh kaum djahat-hati jang lain-lain,-kepada rakjat di luar P.N.I. Tetapi kamipun sudah menerangkan, bahwa machtsvorming dan macht ini sama sekali tidaklah memeluk faham bom atau dynamiet, samasekali tidaklah memeluk pula faham jang dilarang oleh artikel 153-bis atau jang dituduhkan dengan artikel 169 dari wetboek van strafrecht itu.
Tuan-tuan Hakim, oleh karenanja, kembali lagi kami menanja: adakah boleh-djadi, adakah waarschijlijk, bahwa kami mempunjai opzet jang dimaksudkan oleh artikel 153- bis atau bahwa kami melanggar artikel 169,-kami jang menurut persaksiannja banjak saksi itu senantiasa mendidik keamanan, kami jang sering memperingatkan djangan kena provocatie, kami jang membohongkan ramalan tentang tahun ’30, kami jang mengantjamkan dan mengasih royement kepada tiap-tiap anggauta jang melanggar keamanan itu, kami jang menurut persaksiannja anam subleiders di dalam leidercursus seringkali mendidik mendjungdjung tinggi akan keamanan agar supaja machtsvorming tidak terganggu, dan mengadjarkan theorie anti-revolutie, anti-putsch, antigeweld, anti-golok-golokan, jang bagaimana djuga? 161 bis wetboek van strafrecht. Walaupun dalam bagian badan kita, otak kita itu adalah barang yang perlu dan penting, hati, jantung, usus, dsb juga penting, tetapi kalau tak-bertulang belakang kita tak bisa berdiri. Bandung,-di Mataram pada 29 Desember kami sudah ditangkap, ditahan di kantor politie, dimasukkan di dalam bui, dikuntji di belakang pintu besi dan tralie besi,-sampai hari sekarang! P.N.I. lagipula mengetahui, sebagai beberapa kali sudah kami katakan tadi, bahwa:-kalau ada apa-apa di luar kesalahannja dan di luar tanggungannja, toch dia jang paling dulu mendapat sangkaan, toch dia jang paling dulu diandjing-belangkan, toch dia jang paling dulu didjatuhi palang pintu! P.N.I. tahu bahwa dialah jang mendapat palang-pintu kalau ada apa-apa!
”, di mana dari mulut kami keluar apinja perkataanperkataan “hantjurkanlah itu nafsu angkara-angkara”, “lawanlah kapitalisme-imperialisme jang menghisap kita itu dengan segenap kitapunja tenaga”, maka kami tidak ada satu kedjapmata sengadja membahajai keamanan umum, sengadja melanggar gezag, sengadja mendjalankan apa-apa jang dilarang oleh hukum di sini! P.N.I. haruslah lebih-lebih dari misti menanamkan faham keamanan itu di dalam otak, hati, tulangsumsum dan darah-daging rakjat. Dan bahwasenja, didikan itu pada waktu itu adalah perlu sekali, sebab dengan makin mendekatnja tahun ’30, ramalan tadi makin “makan”, kaum provocateur makin radjin mengabui mata rakjat jang belum masuk P.N.I., kaum Pamitran makin meradjalela, kaum dessapolitie makin bertambah djumlahnja jang ikut kena terdjangkit penjakit “akan ada apa-apa” itu,- pendek kata, dengan mendekatnja tahun ’30 udara di luar kalangan P.N.I. Selama masih ada air mata yang mengering di bumi, hati masih membutuhkan cinta, teman-teman cokelat Anda akan bekerja dan sibuk, yaitu: bahagia. Jika merasa memiliki beberapa keluhan kesehatan, selain mencari tahu dari internet Anda dapat memanfaatkan aplikasi kesehatan, seperti aplikasi Pulse dari Prudential.
Jadi, mungkin Anda bisa mencoba untuk sengaja tersenyum saat berusaha melawan stres. 5. Stigma Diri Sendiri: Mendiagnosis diri sendiri dengan kondisi mental tertentu bisa membuat seseorang menstigma diri mereka sendiri. Kita sering merasa sangat aneh bahwa orang-orang, jauh, jauh lebih tua dari kita, menikah dan ibu dari anak-anak yang hebat, meneriakkan kesedihan mereka di tangan kita. Saya akan sangat sedih jika Ayah menentang rencana kebebasan saya, tetapi saya akan jauh lebih sedih jika harapan saya yang paling kuat terpenuhi, tetapi pada saat yang sama saya harus kehilangan cinta Ayah. Dia sangat sederhana, sangat ramah; bertemu kami begitu hangat, adalah ayah bagi kami. Makanya sangat krusial bagi kita membongkar blokade itu untuk mulai bisa berdiskusi secara lebih komprehensif. Memang, Tuan-tuan Hakim, ini semua “kotjak”, ini semua sangat “mendirikan bulu”,-tetapi djuga ini semua “tragisch! Sesungguhnja, Tuan-tuan Hakim, bahwa kami tak mengetahui bedanja imperialisme dengan gezag, itu adalah suatu hal jang tidak bisa masuk akal, suatu hal jang mochal, suatu hal jang mustahil!
Comments
Post a Comment